Filosofi Pendidikan Bangsa
Indonesia menurut KI HAJAR DEWANTARA adalah Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya
Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. sedangkan secara YURIDIS menurut Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 “Pendidikan
diselenggarakan secara Demokratis, Berkeadilan, Tidak Diskriminatif,
Menjunjung Tinggi Hak Asasi Manusia, Nilai Keagamaan, Nilai Kultural dan
Kemajemukan Bangsa, sebagai Satu Kesatuan yang Sistemik dengan Sistem Terbuka
dan Multimakna, diselenggarakan sebagai suatu Proses Pembudayaan dan
Pemberdayaan Peserta Didik yang berlangsung Sepanjang Hayat dengan Memberi
Keteladanan, Membangun Kemauan, Mengembangkan Kreativitas, dalam Proses
Pembelajaran dengan Memberdayakan semua Komponen Masyarakat melalui peranserta
dalam Penyelenggaraan dan Pengendalian Mutu Layanan.
.
Filosofi Bapak
Pendidikan Ki Hajar Dewantara yang Simpel (mudah dihafal) itu Padat Muatan Nilai-Nilai
Bangsa Indonesia antara-lain.: ●.Nilai Karakter, ●.Nilai Keteladanan Kepemimpinan,
●.Nilai
Kinerja berbasis Produk, ●.Nilai Kerjasama Kemitraan, ●.Nilai Kepatutan dan Kepatuhan, ●.Nilai Budaya dan Budi Pekerti, ●.dst. Apakah Pendidikan (sekarang) terjadi “salah
persepsi” karena Lambang
Pendidikan hanya tertulis “Tut
Wuri Handayani” saja,?
apa Proses dan Produk Pendidikan disetting hanya
untuk mengekor,.... saya kira tidak,!.
Ki Hajar Dewantara
adalah Pendiri TAMAN SISWA sebagai Cikal-Bakal Pendidikan ber-Karakter
Indonesia yang sejak Doeloe hingga Kini Tetap Swasta (Particuleir).
Ki Hajar Dewantara adalah Menteri Pengajaran Republik Indonesia pertama pada
Kabinet Presidensial.: 19-8-1945 s.d. 14-11-1945.
.
Oleh karena itu Input, Kontek, Proses dan Output bahkan sampai dengan Outcame Produk Pendidikan harus dilakukan secara lengkap, dengan demikian kepada Yth. para
Pengambil Keputusan, dan Pemangku Kepentingan serta para Guru sebagai Tenaga
Utama Pelaksana Pendidikan seyogyanya tidak mengambil sepotong-sepotong saja, karena
antara didepan ”ing
ngarsa sung tulada” ditengah ”ing madya mangun karsa” dan dibelakang ”tut wuri handayani”
adalah merupakan satu kesatuan monolit yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
.
.
“HIDUP ITU AKAN INDAH DAN BERBAHAGIA APABILA DALAM KEGELAPAN KITA MELIHAT CAHAYA TERANG”
.
.
Pahlawan Nasional R.A.
Kartini adalah Tokoh Kesetaraan Gender, Perjuangannya
membawa sebuah perubahan yang besar ditengah Arus Globalisasi, akankah ancaman Globalisasi mampu mengikis keutuhan sejarah tersebut. Karena dalam ironi
globalisasi, sebuah perubahan takkan pernah terelakkan. Globalisasi dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) diartikan sebagai Proses Masuknya Keruang
Lingkup Dunia. Sehingga globalisasi dapat dikatakan sebagai sebuah zaman
dimana struktur kehidupan dari berbagai belahan bumi yang berbeda dapat
merebak dan berkolaborasi dalam ruang lingkup dunia. Proses mendunia tersebut
dapat berpotensi menggerus budaya yang telah ada dalam tatanan suatu bangsa
termasuk Keutuhan Sejarah Bangsa Indonesia.
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN, tidak serta-merta dibebankan pada Guru saja, walau memang "ada fakta" telah terjadi kecelakaan pada rekrutmen guru "Aspal" melalui "databased" yang Kontra Produktif dengan Undang-Undang Guru, dan ditambah dengan penerapan "Kinerja Berbasis Waktu" Bukan Kinerja berbasis Produk, sehingga jika perolehan Nilai Ujian Nasional masih berada pada peringkat Papan Bawah, Sang Penguasa Otonomi Daerah tidak buru-buru menvonis Kepala Sekolah atau Guru harus diganti. Perkara ini sangat komplek, dan dapat dikatakan sebagai suatu Kecelakaan Sistemik.
Upaya yang
ditempuh adalah di MULAI dari Mutu Pemahaman semua Stakeholders Pendidikan secara
Kolaboratif yaitu.: para orang tua anak, anak
itu sendiri, masyarakat pergaulan, Kepala Sekolah dan Guru pada Jenjang Satuan Pendidikan, serta Pemerintah kemudian pengelolaan di Satuan Pendidikan dimulai dari Ro-Input, Input, Konteks, Proses, Output, yang
Gool Settingnya adalah Mutu Produk Lulusan. Output PAUD./.TK sebagai Ro.Input.-.Input SD./.MI, Output SD./.MI sebagai Ro.Input.-.Input SMP./.MTs Output SMP./.MTs sebagai Ro.Input.-.Input SMK./.SMA./.MA./.MAK, dst. Lalu bagaimana mungkin "Jika Ada" Kepala Sekolah./.Guru pada Satuan Pendidikan BELUM MEMAHAMI Output Produk Lulusan pada suatu Jenjang Satuan Pendidikan Akan di Kemanakan,!.
Untuk itu Komitmen (KBBI.:.584) Pemahaman Mutu secara Kolaboratif bahkan secara Komplementrer para Kepala Sekolah, Guru, Warga Sekolah pada masing-masing (setiap) Jenjang Satuan Pendidikan memahami pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional untuk memenuhi 8 (delapan) Komponen Standar Nasional Pendidikan (PP.19./.2005) sebagai Pelaksanaan Undang Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional harus dilakukan
secara Mutu, jika ingin memperoleh Mutu Pendidikan. Perkaranya bagaimana Budaya
Cerdas Rahmatan Lil Alamin dapat di Implementasikan dalam suatu Kinerja Berbasis Mutu (Output) Produk
Pendidikan.
DAMPAK sekarang sangat
terasa bahwa Pendidikan KARAKTER mengalami Krisis (dekadensi) multy dimensi. Soekarno
(Bung Karno) sebagai “the founding father’s” Berwasiat “Tugas Berat Bangsa Indonesia dalam Mengisi
Kemerdekaan adalah Mengutamakan Pelaksanaan Nation and Character Building” Bung Karno mewanti-wanti
Jika Pembangunan Karakter Tidak Berhasil, maka Bangsa Indonesia hanya akan menjadi Bangsa Kuli. (Kutipan
Buku Mengatar Bangsa dari Gelap Menuju Terang. Cetakan : 2009)1
.
.
.
UPAYA YANG DITEMPUH
UPAYA YANG DITEMPUH
Pendekatan
Budaya Sekolah (School Culture Approach)
:
1..Pertama, pendekatan budaya lebih menitikberatkan faktor manusia di atas faktor
lainnya. Peran manusia amat sentral dalam suatu proses perubahan berencana.
Sesuai dengan pepatah man behind the gun, manusia adalah faktor yang
menentukan keberhasilan perubahan bukan struktur atau peraturan legal.
2..Kedua, pendekatan budaya menekankan pentingnya peran nilai dan keyakinan dalam
diri manusia. Aspek ini merupakan elemen yang sangat berpengaruh dalam
membentuk sikap dan perilaku. Karenanya, pendekatan budaya menomorsatukan
transformasi nilai dan keyakinan terlebih dahulu sebelum perubahan yang
bersifat legal-formal.
3..Ketiga, pendekatan budaya memberikan penghormatan dan penerimaan terhadap
perbedaan yang ada. Sikap menerima dan saling menghormati akan menciptakan rasa
saling percaya dan kebersamaan di antara anggota organisasi. Rasa kebersamaan
akan memunculkan kerjasama dan kerjasama akan mewujudkan sikap profesionalisme
yang membawa perubahan sehingga mengubah nilai-nilai lama yang menghambat
dengan nilai baru.
Tulislah Apa Yang Akan Dikerjakan, dan Kerjakan Apa Yang Telah Ditulis,
Tugas Pengembangan.: Menanamkan Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara Pemahaman guna mewujudkan maksud dan tujuan Sistem
Pendidikan Nasional Indonesia, Teori dan Praktik Pendidikan Karakter, Budi Pekerti, Perilaku atau Tatakrama yang
tersistematis dalam pengamalan pergaulan hidup bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan agamanya masing-masing, sehingga terbentuk
Kepribadian dan Sikap yang baik (Akhlaqul Karimah) serta disiplin
dalam berbagai hal.
|
CONTOH Bentuk Kegiatan Budi
Pekerti :
●..Budaya Salam Sebelum dan Sesudah Belajar/Mengajar,
●..Budaya Salaman, antara Guru./.Pegawai, Peserta Didik dengan Guru./.Pegawai, Peserta Didik dengan Peserta Didik,
●..Doa Sebelum dan Sesudah Belajar,
●..Doa Bersama Menyambut Ujian Nasional./.Ujian Sekolah,
●..Hidup setiap Hari Berbasis Belajar yang bermakna menyenangkan,
●..Budaya Agama (Religius Culture) : Kegiatan Praktek Ibadah, Sholat Dhuha, Sholat jamaah Dzuhur, Sholat jamaah ●..Jum’at, Tadarus, Studi Amaliah Ramadhan, Hafalan Juz Amma, Buka Puasa Bersama, Pengelolaan ZIS, Qurban, ●..LOKETA (Lomba Keterampilan Agama)
●..Budaya Cerdas, Kreatif, Produktif, Tertib, Bersih, Aman, Nyaman, Empaty, dan Budaya Kekeluargaan,
●..Peringatan Hari Besar Nasional Indonesia, dan Peringatan Hari Besar Agama,
●..Bimbingan, Konseling, Konferensi Kasus,
.
●..Budaya Salam Sebelum dan Sesudah Belajar/Mengajar,
●..Budaya Salaman, antara Guru./.Pegawai, Peserta Didik dengan Guru./.Pegawai, Peserta Didik dengan Peserta Didik,
●..Doa Sebelum dan Sesudah Belajar,
●..Doa Bersama Menyambut Ujian Nasional./.Ujian Sekolah,
●..Hidup setiap Hari Berbasis Belajar yang bermakna menyenangkan,
●..Budaya Agama (Religius Culture) : Kegiatan Praktek Ibadah, Sholat Dhuha, Sholat jamaah Dzuhur, Sholat jamaah ●..Jum’at, Tadarus, Studi Amaliah Ramadhan, Hafalan Juz Amma, Buka Puasa Bersama, Pengelolaan ZIS, Qurban, ●..LOKETA (Lomba Keterampilan Agama)
●..Budaya Cerdas, Kreatif, Produktif, Tertib, Bersih, Aman, Nyaman, Empaty, dan Budaya Kekeluargaan,
●..Peringatan Hari Besar Nasional Indonesia, dan Peringatan Hari Besar Agama,
●..Bimbingan, Konseling, Konferensi Kasus,
.
PsykoLayanan.:.Pemanusiaan, Pembudayaan, Peng-Indonesia-an Manusia Indonesia.
Penulis walau terlahir sedkit
mengalami masa doeloe (60-an) dan sejak 1984 s.d. sekarang sebagai Guru sangat merasakan bahwa
Pendidikan kala doeloe berbeda jauh dengan Pendidikan Era sekarang terutama
tentang Budi Pekerti, Nasionalisme dan Patriotisme Indonesia.
.
Sekian
dulu,…..
next.
next.